NYEPLOS | Kunci Hidup Abadi

KUNCI HIDUP ABADI


Setiap manusia ingin hidup selamanya. Kata Plato, untuk menggapai impian mustahil ini kita dapat meraihnya dengan berbagai macam cara.

Pertama melalui pernikahan. Poinnya tak terletak pada seremoni, tapi pada hasil karya biologis yang diciptakan 9 bulan usai ibadah wajib malam pernikahan. Yaitu dengan mengoper estafet genetik kepada keturunan kita. Secara teknis dapat hidup abadi, setidaknya serpihan kecil dari kita,

Kedua dengan membuat mahakarya yang signifikan sehingga kebal akan erosi waktu. Dengan begitu nama dan ide kita akan hidup selama karya tersebut masih dipertunjukan. 

Sebuah ironi bagi Plato karena narasi ini merupakan hasil karyanya, yaitu Symposium.

Bagi sebuah karya untuk mencapai status legenda ini tidak melulu berbentuk oretan tinta dalam kertas perkamen atau daun papirus. Gelar ini berhak dianugerahkan kepada apapun, entah tarian, puisi, lukisan, pahatan, musik, gambar, atau kombinasi semuanya. 

Mahakarya ini memiliki suatu kualitas, yaitu Timeless, atau abadi. 

Istilah itu memancing tanda tanya dalam benak saya. Cakrawala yang dibatasi oleh umur menghalangi  kita untuk memahami skema besar semesta. Saya ragu kita paham betul makna sejati abadi.

Demi argumen, asumsikan saja kita tahu. 

Menurut saya kata Abadi punya banyak makna: Tak pernah habis, bisa dinikmati terus-menenerus. 

Sepotong roti yang bisa memberi makan puluhan generasi. Sebuah film yang tetap mengajari kita walaupu telah ditonton berkali-kali. 

Karena itu, kualitas sebuah karya yang paling perkasa adalah kemampuan untuk menghipnotis audiens sebanyak-banyaknya, tanpa mereduksi dan bahkan memperluas makna dari pesannya. Seorang seniman harus paham soal medium dan interaksinya dengan audiens. Dengan begitu sebuah karya bisa lolos ujian erosi waktu.




Comments