NYEPLOS | Surat Kecil Untuk Infotainment

 JURNALISME TABLOID


   
Ketika ras manusia nyaris punah dan pasar saham mendekati ambang kritis, entah bagaimana juara headline itu-itu saja: Potret Liburan atau Gagal Nikah. Suka atau tidak, kisah sensasional nan-lebay telah memantapkan pondasinya dalam industri percetakan, yaitu Jurnalisme Tabloid. 

Secepat apapun kita berlari dari gossip, kita tak akan mampu mengejar kodrat. "The human brain is hardwired to tune into gossip" (Dovey, 2015). 

Gossip mendorong kita menghafal lipatan dan lekukan tubuh Ariel dan Luna, yang mendorong kita menginvestasikan waktu dan emosi kepada kasus gagalnya pernikahan Ayu Ting Ting. Banyak sekali krisis yang memohon perhatian. 

Tapi kenapa kita rela kuliah kuliah hukum perdata demi mengikuti kasus sengketa geprek bensu? Seolah-olah kita lebih gencar mengenal dalang dibalik channel palsu Chef Renatta dibanding bayangan yang kita temui tiap hari di depan cermin. 

Menapa demikian? Sebelum melempar tuduhan kesana dan kemari, ada baiknya kita mencari tahu alasan dibalik langgengnya hubungan manusia dengan infotainment. 
    That's what we want in life, we want to feel connected, we want to feel relevant in the goings on of the activities and events around us" - Neil D. Tyson, 2012

Atau dalam bahasa jawa... Fear Of Missing Out.

Gossip dan infotainment menyentuh insting kita yang paling primal. Mengikuti informasi terbaru selebritas dan seluk-beluk masyarakat ibarat terlibat dalam sebuah skema besar yang melampaui diri sendiri. 

Industri divonis bersalah akan melebih-lebihkan sensasi melalui 'tabloidisasi media'. Kita tenggelam dalam hidup pemain film dan musisi ternama, tidak karena kepiawaiannya di atas panggung, tapi karena perjalanan hidup mereka dapat memicu insipirasi dan keterkaitan.

Kita melihat serpihian diri sendiri dalam mereka. Tak jarang hidup mereka menceritakan kisah rags-to-riches. Mereka merjuang menentang takdir dari kemiskinan menuju kehidupan glamor. "Infotainment berusaha mengajak khalayak dan penikmatnya agar lebih dekat dengan domain media hiburan yang menjadi surga para selebriti dengan tindakan voyeurisme (Abror, 2014)". Melalui aksesibilitas infotainment, seolah-olah tembok besar runtuh, figur larger-than-life pun dimanusiakan. Mereka semua seperti kita, dibalik kisah sukses ada ambisi, kecacatan, kemalangan, aib dan skandal. 

Wajar media memenuhi apa yang publik mau, tapi apakah mereka sudah memberikan apa yang kita butuhkan?

Referensi

Abror, R. H. (2014). Dekonstruksi Libido Pasar Berita Ideologis dalam Ekonomi-Politik Media Hiburan. Esensia, 15(2).

Dovey, D. (2015, November 24). The Science Behind Why We Love Celebrity Gossip So Much. 

Max Schlickenmeyer (2012). The Most Astounding Fact - Neil Degrasse Tyson [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=9D05ej8u-gU

Comments