NYEPLOS | Kenapa Menulis?

Kenapa Menulis?

Menulis berarti berdamai dengan diri sendiri. Menulis berarti menerima dan mengakui kegundahan hati. Dengan menulis kita mematerialisasikan. Memberi tubuh fisik kepada konsep yang abstrak. Semangat ini mulai saya bentuk sejak duduk di bangku kuliah.

Saya mengambil peminatan Komunikasi Media di Universitas Airlangga. Kurikulumnya cukup mendorong saya untuk mengkhatamkan dua pendekatan penulisan yang polar, yaitu riset berbasis data dan seni komunikasi yang intuitif. 

Intuitif dan personal. Inilah mantra dosen kami, kalimat sakti yang selalu saya kumandangkan menjadi acuan mental tiap kali pena menyentuh kertas.

Seerti bentuk seni yang lain, menulis pada hakikatnya merupakan bentuk ekspresi diri. Ekspresi dari pikiran, ide, dan emosi. "Gali materi kalian, pertanyakan sampai tidak ada lagi yang bisa dikuak, hakikat manusia adalah yang paling dasar," Ucap dosen saya. Menurutnya tulisan yang kuat ialah karya yang bisa menyentuh sisi paling dalam manusia. Karena dengan menyajikan sifat primal manusia, terlepas dari kondisi apapun, sebuah tulisan pasti mampu menembus empati. 

Ya. Saya selalu ingin menjadi penulis sejak kecil. Hal ini baru saya sadari pada sekolah dasar, saat cerpen saya di publikasikan dalam buku. Ketertarikan menulis cerita pendek lambat laun bergeser ke medium lain. Saya menulis tentang dan untuk film dan video game, dua topik yang rajin saya curahkan dalam bentuk blog dan karya tulis ilmiah. Semangat ini tidak sia-sia karena tahun lalu saya diberi kesempatan mengisi kursi finalis lomba esai pembudayaan perpustakaan dan mengaitkannya dengan topik favorit saya. Sungguh sebuah kehormatan apabila saya dapat mengerahkan hobi ini menjadi hal yang positif dan dapat berguna bagi orang lain.

Saya percaya bahwa tulisan yang positif memiliki fungsi yang vital bagi masyarkat. Kita adalah apa yang kita makan. Jika kita menncerna nutrisi penuh dengan rasa takut dan keputusasaan, maka lambat laun asupan ini akan mempengaruhi persepsi kita terhadap dunia. 

Oleh karena itu, saya bermimpi jadi inang konten positif. Karena semangat ini mengingatkan saya bahwa kesialan umat manusia dan beban eksistensinya tidak seberat yang kita kira. Saya percaya bahwa cara untuk mengubah dunia bukanlah menyinari cahaya kepada semua yang rusak, melainkan dengan senantiasa mengingkatkan siapa dan alasan mengapa kita berada disini.

Comments